Your Ad Here

Monday, December 20, 2010

“Silent is gold, positive thinking is platinum”

(Abidin Noor) Pada waktu berumur delapan tahun, saya waktu itu sudah duduk di kelas dua Sekolah Dasar. Secara tidak sengaja, saya mendengar percakapan antara kedua orangtua saya di ruang keluarga. “Bu”, bapak menyapa ibu saya. “Ya”, sahut ibu. “Begini Bu”, kata bapak saya lagi, “Ayah menasehatkan,” maksudnya kakek saya “Janganlah sekali-kali mengucapkan kata-kata negatif kepada anak-anak kita atau bahkan kepada diri kita sendiri, karena apabila dewa sedang lewat bisa menjadi kenyataan”.
Kemudian ibu bertanya, “Bagaimana dengan orang yang suka mengumpat atau mengucapkan kata-kata negatif di saat sedang marah?” Bapak kemudian menjawab, “Apabila sedang marah, lebih baik mengucapkan kata-kata yang positif.” “Contohnya?” kata Ibu. “Inilah anak kita  yang akan menjadi pemimpin bangsa,” Bapak memberikan contoh dan mengakhiri percakapannya.
Ternyata orang kakek saya waktu itu sudah mengetahui dampak buruk mengucapkan kata-kata negatif, namun tidak dijelaskan alasannya kenapa?
Setelah beranjak dewasa baru saya mengerti bahwa, kata-kata negatif adalah “mantera” yang mempunyai kekuatan apabila diucapkan berulang-ulang (Repetitive Magic Power). Seperti tukang sihir jaman dahulu, mengucapkan kata-kata yang mereka yakini mempunyai kekuatan sihir.
Mulai saat itu, saya sering mengamati lingkungan pergaulan sehari-hari, baik lingkungan sekolah maupun rumah. Secara tidak sadar, orang sering terstimulasi mengucapkan “mantera” jahat terhadap dirinya sendiri, yang semestinya harus dihindari, ketika menghadapi suatu keadaan seperti, rasa kesal, kecewa, cemas, kawatir dan takut , Mantera jahat yang sering diucapkan tersebut seperti:

• Wah, celaka aku
• Wah, sialan aku
• Aduh, pusing aku.
• Aduh, mati aku.
• Aku kurang percaya diri
• Aduh, bodoh aku.
• Aduh, bingung aku.
• Ah,aku tidak punya bakat
• Aku selalu merasa lelah
• Ah, aku tidak akan sukses
• Aku selalu mempunyai beban pekerjaan yang berat
• Aku tidak pernah mendapat pekerjaan yang sesuai
• Aku tidak pernah mendapatkan kenaikan upah
• Ah, aku tidak pernah berhasil
• Aku berdoa tetapi tidak pernah di kabulkan.
Sebagai contoh, salah seorang saudara saya, sebut saja namanya Andi, bukan nama sebenarnya, ketika datang ke rumah saya selalu berkata, ”Wah, saya memang sial, gagal lagi.” “Gagal apa?”, tanya saya, “Tidak lulus seleksi ujian masuk kerja,” sahutnya.
Kemudian saya menasehatkannya agar mencoba merubah pandangan terhadap sebuah kegagalan, dengan mengatakan; “Hari ini saya belum berhasil, akan tetapi besok harus berhasil. Saya termasuk orang yang beruntung bisa mengikuti seleksi ujian masuk kerja”.
Sejak saat itu, Andi tidak pernah datang lagi ke rumah. Setahun kemudian, saya menerima sepucuk surat dari Andi, yang memberi kabar mengenai keberadaannya dan ucapan terima kasih atas nasehat yang saya berikan.
Andi menjelaskan, “Setelah merubah pandangan saya, terhadap sebuah kegagalan dan selalu mengucapkan kata syukur setiap menerima kesempatan, saya diterima bekerja pada sebuah perusahaan dan ditempatkan di luar kota, sehingga tidak bisa lagi datang kerumah.” “Syukurlah”, pikir saya kemudian.

Belakangan ini, Masaru Emoto, peneliti dan pemikir independen dari Jepang, pernah melakukan percobaan yang ditulis dalam buku The Secret Life of Water. Dia memasukan butiran nasi ke dalam tiga buah toples. Pada toples pertama diucapkan dengan kata positif, “Terima Kasih!” pada toples kedua diucapkan dengan kata negatif, “Bodoh!” dan pada toples ketiga, tidak diucapkan kata apa-apa.
Apa yang terjadi kemudian?. Sangat menakjubkan, pada stoples yang pertama, nasi yang mendapat ucapan kata positif, “Terima kasih!” mengalami peragian yang sempurna dan mengeluarkan aroma yang enak. Pada toples yang kedua, nasi yang mendapat ucapan kata negatif, “Bodoh!” menjadi berwarna gelap dan membusuk. Sedangkan pada toples yang ketiga, nasi yang tidak mendapat ucapan kata apa-apa, warnanya berubah menjadi hitam dan baunya yang sangat menyengat.
Masaru Emoto juga melakukan percobaan, untuk melihat dampak dari mengucapkan kata-kata terhadap tetesan air. Pada tetesan air yang diucapkan dengan kata-kata positif, didinginkan pada suhu 25 derajat celcius kemudian difoto melalui bantuan mikroskop. Hasilnya adalah sebuah foto yang sangat menakjubkan dengan membentuk pola kristal heksagonal yang sangat indah. Sebaliknya pada air yang diucapkan dengan kata-kata negatif, menghasilkan foto kristal dengan heksagonal yang pecah tidak beraturan.
Percobaan-percobaan di atas, membuktikan betapa dahsyatnya dampak ucapan kata-kata positif maupun kata-kata negatif terhadap butir-butiran nasi maupun tetesan air. Nah, bagaimana dampaknya, apabila kata-kata itu diucapkan terhadap seseorang atau bahkan terhadap diri sendiri?
Kebiasaan buruk mengucapkan kata-kata negatif itu tidaklah muncul secara tiba-tiba, namun sudah terprogram dan tersimpan di dalam pikiran bawah sadar sejak usia dini hingga dewasa. Pada suatu waktu kebiasaan itu akan muncul kembali ke permukaan ketika menerima stimulasi atau rangsangan dari luar. Program-program itu bisa didapat dari luar dan dalam diri sendiri.

Dari luar, misalnya perkataan yang didapat dari lingkungan terdekat keluarga, tempat tinggal dan sekolah.
Sedangkan dari dalam diri, bisa berupa ucapan kata-kata negatif terhadap diri sendiri atau “self talk” yang secara tidak sadar terlontar saat mengahadapi suatu keadaan.
Apabila tidak disadari adanya kebiasaan buruk dan tidak ada keinginan untuk merubahnya, kebiasaan buruk itu akan selalu muncul sebagai perilaku sehari-hari, seperti: “Aduh,celaka aku!”, “Aduh, pusing aku”.
Untuk menghilangkan kebiasaan buruk, setiap kali mengucapkan kata-kata negatif dapat melakukan lima langkah seperti yang diperkenalkan oleh teknik Psychocybernetic, dikenal dengan metode ”CRAFT” (Cancel atau Batalkan, Replace — Ganti, Affirm –Tegaskan, Focus — Pusatkan, dan Train—Latih), sebagai berikut:
Langkah Pertama: Cancel atau batalkan, Apabila Anda sadar sudah berpikir akan mengucapkan kata-kata yang negatif. Misalnya: ”Saya bodoh,” segera batalkan.
Langkah Kedua: Replace atau gantikan ucapan Anda dengan kata-kata positif, misalnya saya ”cerdas” saya ”sukses”.
Langkah Ketiga: Affirm atau tegaskan ungkapan-ungkapan positif secara teratur sesaat sebelum dan sesudah bangun tidur. Misalnya: ”Saya cerdas,” atau ”Saya sukses”.
Langkah Keempat: Focus atau fokuskan pikiran dan perasaan Anda pada kata-kata positif sebagai pengganti kata-kata negatif.
Langkah kelima: Train, yaitu lakukan latihan secara terus menerus hingga perkataan negatif itu betul-betul terhapus dan telah tergantikan dengan perkataan yang positif.
Tips Aplikasi: Hindari mengucapkan kata-kata negatif dalam kondisi apapun, karena kata-kata yang diucapkan mempunyai kekuatan apabila diucapkan berulang-ulang (Repetitive Magic Power). Untuk menghilangkan kebiasaan buruk, setiap kali mengucapkan kata-kata negatif dapat menggunakan metoda CRAFT

No comments:

Post a Comment