Ketika seseorang memaafkan orang yang dibenci, seketika itu juga beban emosinya berkurang. Berat-ringannya memaafkan orang itu berkaitan dengan besar-kecilnya rasa kesal atau dendam kita kepada seseorang. Semakin dalam rasa kekesalan,kebencian, dan permusuhan kita kepada seseorang, semakin berat kita untuk memaafkannya. Namun, kalau kita bisa memaafkan, muncul rasa lega dan dada terasa lapang.
Bukankah menyimpan rasa benci dan dendam merupakan beban di manapun kita berada? Rasa benci itu juga bagaikan luka. Bila kebencian sudah berubah menjadi dendam yang menuntut balas, luka itu semakin perih sebelum dendam itu terlaksana. Namun, ketika dendam terlaksana, benarkah luka dan beban berat yang dipikul ke mana-mana tadi akan hilang? Pengalaman seharihari akan mengatakan, “Tidak,” dan permusuhan akan meningkat, yang berarti semakin dalam kita menyayat kulit hati yang telah terluka dan perih tadi.
Jadi, bukankah sesungguhnya memaafkan itu suatu terapi jitu untuk kesehatan kita sendiri? Begitu kita memaafkan seseorang, beban berkurang, luka membaik. Bila benci serta dendam telah hilang sama sekali dari hati kita, kehidupan menjadi sehat dan ringan kita jalani. Orang yang memelihara kebencian dalam dirinya seperti orang yang memelihara penyakit.Itu sungguh suatu tindakan yang bodoh dan konyol. Kalau ingin sehat, jadilah pribadi pemaaf.
Jangan biarkan berlama lama dendam dan kebencian bersemayam di hati. Jangan segansegan mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf serta saling memaafkan setiap hari. Namun, mesti dijalani secara tulus agar hati kita terputihkan.
Walaupun mudah diucapkan, memaafkan bukanlah perbuatan yang mudahdilakukan. Ketika seseorang telah atau akan
dicelakai, maka yangtertanam biasanya perasaan dendam dan ingin membalas. Perasaan sepertiitu adalah wajar dalam
diri orang biasa.
Namun, sikap memaafkan hanya ada pada diri orang yang luar biasa.
Bukankah menyimpan rasa benci dan dendam merupakan beban di manapun kita berada? Rasa benci itu juga bagaikan luka. Bila kebencian sudah berubah menjadi dendam yang menuntut balas, luka itu semakin perih sebelum dendam itu terlaksana. Namun, ketika dendam terlaksana, benarkah luka dan beban berat yang dipikul ke mana-mana tadi akan hilang? Pengalaman seharihari akan mengatakan, “Tidak,” dan permusuhan akan meningkat, yang berarti semakin dalam kita menyayat kulit hati yang telah terluka dan perih tadi.
Jadi, bukankah sesungguhnya memaafkan itu suatu terapi jitu untuk kesehatan kita sendiri? Begitu kita memaafkan seseorang, beban berkurang, luka membaik. Bila benci serta dendam telah hilang sama sekali dari hati kita, kehidupan menjadi sehat dan ringan kita jalani. Orang yang memelihara kebencian dalam dirinya seperti orang yang memelihara penyakit.Itu sungguh suatu tindakan yang bodoh dan konyol. Kalau ingin sehat, jadilah pribadi pemaaf.
Jangan biarkan berlama lama dendam dan kebencian bersemayam di hati. Jangan segansegan mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf serta saling memaafkan setiap hari. Namun, mesti dijalani secara tulus agar hati kita terputihkan.
Walaupun mudah diucapkan, memaafkan bukanlah perbuatan yang mudahdilakukan. Ketika seseorang telah atau akan
dicelakai, maka yangtertanam biasanya perasaan dendam dan ingin membalas. Perasaan sepertiitu adalah wajar dalam
diri orang biasa.
Namun, sikap memaafkan hanya ada pada diri orang yang luar biasa.
No comments:
Post a Comment