Alur dalam cerita ini mengisahkan percintaan yang berbeda agama…
Di situ disebutkan ada dua orang tokoh utama. Cina (Sunny Soon), pemuda keturunan Tionghoa. mahasiswa baru arsitektur ITB yang brilian dari Tapanuli. Seorang Kristen yang taat. Dan Annisa (Saira Jihan), yang aktris dan juga adalah senior Cina di kampus. Annisa berasal dari keluarga Jawa yang kental dengan unsur Islam. Pada pertemuan pertama Cina langsung meremehkan bahwa kecantikan berbanding terbalik dengan kepandaian, juga menyebutkan bahwa IPK Annisa paling hanya 2,1., yang ternyata benar adanya tebakan tersebut.
Dalam salah satu adegan ditunjukkan para tokoh utamanya mempertanyakan mengapa Allah menciptakan manusia beda-beda kalau Allah cuma disembah dengan satu cara.
Ada cuplikannya yang saya suka dari film tersebut : (percakapan antara Cina dan Annisa)
Udah tahu muka lu Cina, masih dikasih nama Cina.” (nama tokoh utama pria di film ini memang Cina). Lalu dijawab oleh si tokoh pria: “Tega kali Bapak kau, Sudah tahu muka kau perempuan, masih dikasih nama ‘perempuan’.” (maksudnya nama Anissa yang menjadi nama tokoh utama wanitanya, nama yang berasal dari bahasa Arab yang juga nama salah satu surat dalam Kitab Suci umat Islam, Al Qur’an, yang artinya perempuan).
Di situ disebutkan ada dua orang tokoh utama. Cina (Sunny Soon), pemuda keturunan Tionghoa. mahasiswa baru arsitektur ITB yang brilian dari Tapanuli. Seorang Kristen yang taat. Dan Annisa (Saira Jihan), yang aktris dan juga adalah senior Cina di kampus. Annisa berasal dari keluarga Jawa yang kental dengan unsur Islam. Pada pertemuan pertama Cina langsung meremehkan bahwa kecantikan berbanding terbalik dengan kepandaian, juga menyebutkan bahwa IPK Annisa paling hanya 2,1., yang ternyata benar adanya tebakan tersebut.
Dalam salah satu adegan ditunjukkan para tokoh utamanya mempertanyakan mengapa Allah menciptakan manusia beda-beda kalau Allah cuma disembah dengan satu cara.
Ada cuplikannya yang saya suka dari film tersebut : (percakapan antara Cina dan Annisa)
Udah tahu muka lu Cina, masih dikasih nama Cina.” (nama tokoh utama pria di film ini memang Cina). Lalu dijawab oleh si tokoh pria: “Tega kali Bapak kau, Sudah tahu muka kau perempuan, masih dikasih nama ‘perempuan’.” (maksudnya nama Anissa yang menjadi nama tokoh utama wanitanya, nama yang berasal dari bahasa Arab yang juga nama salah satu surat dalam Kitab Suci umat Islam, Al Qur’an, yang artinya perempuan).
Walau akhirnya mereka tidak menikah, tapi bisa diperlihatkan sebuah hubungan yang bisa terjalin baik antara dua insan yang berbeda agama menjadi sebuah persahabatan.
Jika Choky berhasil menikah, beda dengan film CIN(T)A, yang masing masing lebih cinta kepada (T)uhan mereka masing masing.
Banyak sudah pernikahan beda agama yang langgeng sampai sekarang, untuk kalangan artis, bukti nyatanya adalah penikahan Jamal Mirdad dan Lydia Kandau.
Ketika saya membuat blog ini, saya merasakan suatu hal yang memang perlu diungkapkan kepermukaan, yang bisa membuka pikiran akan hal dan keinginan lain yang bisa terjadi dari apa yang kita pikir dan harapkan. Hal apakah itu….?
Apakah itu merupakan kehendak (T)uhan, yang disebut takdir, atau jelas pilihan manusia semata untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya dengan menjalin hubungan dengan pasangan yang berbeda iman dan kepercayaan?
Apa yang bisa kita lakukan, apa yang kita bisa hindari, jika akhirnya terjadi juga.
Apakah dosa melakukannya, bagaimana agar tidak dosa?
Saya mencoba membahas dengan semua pengetahuan yang saya miliki, dan berdasarkan pengalaman yang saya temui, berita dan segala sesuatu yang mendukung saya dalam membahas akan hal ini.
Cinta datang tentunya tak bisa dihindari. Jika kita mencintai seseorang yang berbeda agama, bisakah langsung menstop segala perasaan itu ? Seandainya kita berkenalan dengan seseorang, lalu ingin melanjutkan kearah yang lebih dekat lagi, tentu yang pertama kali kita harus tanya adalah apa agamanya, apa kepercayaannya? Jika ternyata berbeda, kita tentunya harus mulai membatasi perasaan kita agar kita tidak mempunyai perasaan yang berlarut larut makin dalam. Tapi pada kenyataannya, teori itu benar kata orang, mudah diucapkan tapi susah ketika mempraktekkannya.
Apalagi yang menyangkut urusan perasaan. Disatu sisi yang satu akan berpikir, kalau jodoh dia pasti akan pindah ke agamaku, juga yang satu akan mengatakan dan berharapan sama, dan sampai pada hari pernikahan itupun tetap kekeh dengan pendirian dan harapan masing masing.
Setelah menikah ternyata bisa jadi banyak sekali hal yang dapat terjadi tanpa bisa diprediksikan. Yang satu terpanggil, yang lain bahagia, yang satu lainnya terpanggil, yang satu merasa penuh kemenangan. Tapi bagaimana dengan keluarga yang satu?
Mungkin akan mengatakan apa mau dikata, itu sudah kehendak (T)uhan, atau bisa juga dari sudut yang lain akan mengatakan,sebuah aib, atau sebuah bencana...
Apalagi yang menyangkut urusan perasaan. Disatu sisi yang satu akan berpikir, kalau jodoh dia pasti akan pindah ke agamaku, juga yang satu akan mengatakan dan berharapan sama, dan sampai pada hari pernikahan itupun tetap kekeh dengan pendirian dan harapan masing masing.
Setelah menikah ternyata bisa jadi banyak sekali hal yang dapat terjadi tanpa bisa diprediksikan. Yang satu terpanggil, yang lain bahagia, yang satu lainnya terpanggil, yang satu merasa penuh kemenangan. Tapi bagaimana dengan keluarga yang satu?
Mungkin akan mengatakan apa mau dikata, itu sudah kehendak (T)uhan, atau bisa juga dari sudut yang lain akan mengatakan,sebuah aib, atau sebuah bencana...
Apa yang harus dan bisa manusia lakukan untuk satu hal yang sangat complicated tersebut?
William shakespeare mengatakan CINTA ITU BUTA, jika begitu bagaimana kebutaan itu dapat melihat untuk hal satu itu?
Biarkan saja semuanya mengalir, manusia boleh berencana, tapi segala sesuatunya tentu akan ditentukan bukan oleh kita. Oleh (T)uhan yang kita sembah dengan cara yang berbeda, yang bisa dimajinasikan dalam setiap kepala manusia tanpa pernah bisa meyakinkan seperti apa kepastiannya.
Demikian komentar yang diambil dari sumber akan pernikahan berbeda agama
#
Menurut saya cinta itu layak diperjuangkan. Tuhan itu cuma satu, cuma cara untuk menggapai tuhan itu ada beberapa keyakinan. saya rasa pernikahan dengan orang yang berbeda agama hanyalah sebuah cara tuhan itu sendiri untuk mempersatukan umatnya. Agar kita saling mengerti masing-masing agama.
# Dikirim oleh botax
Selama niat , tujuan, dan arah kehidupan di tanggung bersama saya yakin menikah beda agama TIDAK MENJADI MASALAH DAN TIDAK BIKIN PUSING. Memang dalam hal berumah tangga selalu ada masalah, tanpa masalah berarti belum bisa menikmati yang namanya hidup. Kalo ada orang yang menganggap menikah beda agama bikin pusing, saya melihat bahwa orang tersebut masih dangkal ilmunya, baik secara formal maupun non formal. Seperti saya sendiri sudah mengalami kawin beda agama sudah menjalani hidup bersama selama 22 tahun, realita kehidupan saya aman aman saja dan tidak bikin pusing, itulah gambaran dari saya. Sementara anak anak rajin beribadah serta istri juga rajin beribadah. Sekarang kehidupan kami sangat sangat harmonis baik lahir maupun batin bersama keluarga kami. Amin.......?
#
Nikah beda agama memang menjadi satu wacana yang sangat fenomenal artinya banyak orang yang berpikiran bahwa nikah agama itu dosa!
Tapi sebenarnya Nikah beda agama menurut saya bisa dilaksanakan selama dua orang berbeda agam dapat menjalankan pernikahan dalam ikatan yang suci. dua orang yang beda agama melakukan pernikahan tidak apa2 asal dalam mendidik anak mereka sesuai dengan hak dan kewajiban anak tersebut.
* * * * *
Diatas saya hanya cuplikan yang berkata NO PROBLEM,…tapi banyak ketidaksetujuan juga yang tidak bisa saya copaskan satu persatu.
Saya hanya berpikir, jika itu kehendak (T)uhan, adakah yang bisa menghalanginya, membuatnya tidak terjadi padahal (T)uhan menghendaki terjadi. Semua merasa paling benar, semua merasa tidak salah, apa kita mengetahui apa kehendak (T)uhan yang sebenarnya?
Adakah suatu hasil akhir dari semuanya ini?
Tetap merupakan fenomena. Semuanya memagari diri agar tidak mengalami, tapi bila hal itu akhirnya juga terjadi, apa yang harus kita lakuan?
Menyesal, mengumpat, meninggalkan, menghindari, atau justru membenamkan diri untuk larut didalamnya?
Tak ada jawaban pasti dari semunya itu, sama halnya dengan imajinasi kita terhadap penguasa yang tak kelihatan, yang hanya bisa kita imajinasikan dalam pikiran dan kita rasakan dalam hati kita.
Ada sebuah hubungan yang bisa dibilang sangat unik, entah apa yang ada dalam pikiran orang yang terlibat didalamnya, dua insan yang berbeda agama, yaitu agama A,dan agama B, kemudian dalam agama ketiga-lah yaitu AgamaC yang mereka anut setelah keduanya bertemu, mereka menikah. Keduanya bahagia dengan pernikahan mereka sampai sekarang.
Tuhan menciptakan perbedaan dan kemudian (T)uhan juga menciptakan cinta.Apakah menjadi korelasi yang benar atau terlihat dipaksakan?
Apakah itu kehendak mereka, ataukah kehendak (T)uhan? Jika mengatakan kehendak mereka, tentu saja benar karena itu sudah terjadi, tapi bila kemudian dikatakan itu adalah kehendak (T)uhan siapa yang bisa memungkiri karena mereka bahagia sampai sekarang. Bukankah apa yang (T)uhan kehendaki itu pasti terjadi? Dan berakhir bahagia?
Apakah selalu melulu bahagia? Sebagian mengatakan ya, sebagian mengatakan justru sebaliknya.
Siapa yang bisa menyamai pikiran dan rencana (T)uhan? Siapa yang bisa memutihkan rambutnya barang sehelai saja tanpa ijin (T)uhan?
Bagaimana menyikapi kejadian diatas?
Tentu saja lagi lagi menjadi sebuah fenomena.
Saat ini, dunia banyak sekali bersliweran akan :
LOGIKA
NALAR
RASIO
AKAL
PIKIRAN
Apa yang dibutuhkan selain dari semuanya itu? MUZIZAT.
Manusia boleh mempunyai 7 gelar dibelakang namanya, memiliki IQ sampai 160, dinamakan super jenius,tapi ada suatu hal yang tidak bisa dibahas dan dipikirkan dengan apa yang manusia miliki sebagai manusia yang kecil dihadapan sang Pencipta.
Hal yang terjadi diluar dari semua logika, nalar, rasio, akal, dan juga pikiran. Apakah hal tersebut ? MUZIZAT….kehendak (T)uhan yang terjadi.
Picikkah seseorang yang melakukan pernikahan beda agama, atau justru sebaliknya, picikkah orang yang melarang pernikahan beda agama?
Sebuah pandangan yang sangat dilematis
Siapa yang bisa menjadi (T)uhan atas kehidupan orang lain? Siapa yang bisa membatasi kuasa (T)uhan untuk kehidupan orang lain, dan siapakah yang bisa merencanakan kehidupannya sendiri tanpa campur tangan (T)uhan didalamnya?
Siapakah yang mengatakan keyakinanya benar kemudian mengatakan keyakinan orang lain tidak benar, apakah kita berhak menghakimi, karena menghakimi adalah tugas tunggal dari (T)uhan sendiri?
Apakah semuanya bisa terungkap saat dunia ini masih berwujud dunia, dan manusia ini masih berwujud manusia?
Pernikahan adalah suatu hal suci yang terjadi dalam kehidupan dua insan yang saling mencintai atas kehendak (T)uhan. Jika kemudian dikatakan pernikahan yang telah terjadi itu terlarang, berarti kehendak (T)uhan sebenarnya tidak terjadi dalam pernikahan mereka? Jika tidak terjadi, kenapa pernikahan itu dapat berlangsung?
Bisakah anda menjawabnya? Tentu lagi lagi bagi saya adalah sebuah FENOMENA.
Lakukan yang bisa kita lakukan, perjuangkan apa yang kita bisa perjuangkan, imani apa yang kita bisa imani, percayai apa yang dapat kita percayai, tapi bila ada hal lain yang terjadi diluar semuanya itu, biarkan mengalir karena kita tentunya tidak bisa lagi melawan kehendak yang maha Kuasa. Terimalah semuanya itu , karena siapa yang bisa melawan kehendak (T)uhan?
Manusia boleh mempunyai 7 gelar dibelakang namanya, memiliki IQ sampai 160, dinamakan super jenius,tapi ada suatu hal yang tidak bisa dibahas dan dipikirkan dengan apa yang manusia miliki sebagai manusia yang kecil dihadapan sang Pencipta.
Hal yang terjadi diluar dari semua logika, nalar, rasio, akal, dan juga pikiran. Apakah hal tersebut ? MUZIZAT….kehendak (T)uhan yang terjadi.
Picikkah seseorang yang melakukan pernikahan beda agama, atau justru sebaliknya, picikkah orang yang melarang pernikahan beda agama?
Sebuah pandangan yang sangat dilematis
Siapa yang bisa menjadi (T)uhan atas kehidupan orang lain? Siapa yang bisa membatasi kuasa (T)uhan untuk kehidupan orang lain, dan siapakah yang bisa merencanakan kehidupannya sendiri tanpa campur tangan (T)uhan didalamnya?
Siapakah yang mengatakan keyakinanya benar kemudian mengatakan keyakinan orang lain tidak benar, apakah kita berhak menghakimi, karena menghakimi adalah tugas tunggal dari (T)uhan sendiri?
Apakah semuanya bisa terungkap saat dunia ini masih berwujud dunia, dan manusia ini masih berwujud manusia?
Pernikahan adalah suatu hal suci yang terjadi dalam kehidupan dua insan yang saling mencintai atas kehendak (T)uhan. Jika kemudian dikatakan pernikahan yang telah terjadi itu terlarang, berarti kehendak (T)uhan sebenarnya tidak terjadi dalam pernikahan mereka? Jika tidak terjadi, kenapa pernikahan itu dapat berlangsung?
Bisakah anda menjawabnya? Tentu lagi lagi bagi saya adalah sebuah FENOMENA.
Lakukan yang bisa kita lakukan, perjuangkan apa yang kita bisa perjuangkan, imani apa yang kita bisa imani, percayai apa yang dapat kita percayai, tapi bila ada hal lain yang terjadi diluar semuanya itu, biarkan mengalir karena kita tentunya tidak bisa lagi melawan kehendak yang maha Kuasa. Terimalah semuanya itu , karena siapa yang bisa melawan kehendak (T)uhan?
No comments:
Post a Comment